Ada satu informasi sangat menarik yang saya temukan dari kitab Malakutillah ma'a Asmâillah. Metodenya memakai angka abjad atau nilai numerik dalam ilmu gematria Arab (hisab al-jummal). Dalam tradisi pesantren, hitungan tersebut lebih dikenal dengan istilah “rumus abajadun”. Seperti kita tahu, dalam “rumus abajadun”, setiap huruf memiliki nilai atau angka yang berbeda-beda, misal (alif)= 1, (ba')= 2, (jim)=3, (dal)=4, dan seterusnya. Kata atau kalimat yang tersusun dari beberapa huruf yang akan dinilai dari hasil penjumlahan huruf yang menyusun. Nilai numerik ini juga kerap dipakai dalam tradisi sufi untuk menghitung bilangan dzikir tertentu. Misal, kenapa “ya lathif” (لطيف) dibaca 129 kali? karena nilai huruf masing-masing yang dijumlahkan 129. Begitupula wirid yang dibaca 450 x karena menyesuaikan dengan nilai masing-masing huruf yang dijumlahkan dengan yang lain. Lantas bagaimana menghitung nama yang disesuaikan dengan...
Pak wo Bapak tuwo Namaku masih tidak kuat karna sebutan Namaku masih goyang karena pandangan Karena sampean berhias minuman Goyang goyang periang Dimata orang orang